Tumor di Kelenjar Adrenal Part 1

Diagnosa: Tumor di Kelenjar Adrenal

Sekitar di akhir tahun 2017, tiba-tiba aku mengetahui bahwa tekanan darahku sangat tinggi. Pertama kali aku mengetahuinya, waktu itu di saat aku bekerja beberapa kali aku merasakan "blackout" yaitu perasaan tiba-tiba hilang keseimbangan dan pandangan gelap dalam beberapa detik. Saat itu aku mengira karena tekanan darah rendah yang diakibatkan kelelahan karena saat itu aku habis dari luar kota. Dan memang saat itu aku lelah sekali. 

Lalu aku memeriksakan tekanan darah aku, dan waktu itu aku kaget sekali karena hasilnya 170/120. Tekanan darahku sangat tinggi. Keesokan harinya juga tekana darahku masih tinggi 150/120. Setiap hari cek, tekanan darah masih tinggi. Dada sering terasa berat juga dan aku sering merasa cepat lelah.

Lalu aku putuskan untuk melakukan medical check-up di awal tahun 2018, tanggal 26 Januari. Ini pertama kali aku melakukan medical check-up. Aku memutuskan untuk melakukan medical check up di KPJ Johor Specialist Hospital.

Aku mengambil paket medical check-up cukup lengkap. Disana semua hasilnya kelihatan baik. Dokternya juga saat itu hanya menekankan masalah kolesterol yang tinggi. Tapi saat aku bilang aku memiliki tekanan darah yang sangat tinggi. Dia mengecek ulang tekana darahku dan memang setelah dia tensi ulang tekanan darahku 170/120. Lalu dia mengecek kembali hasil medical check-up dan menemukan kalium di bawah nilai normal yaitu 3.1. Dan dia langsung mendiagnosa kemungkinan ada tumor di adrenal gland atau kelenjar adrenalku atau anak ginjal.

Dokternya saat itu menyarankan aku untuk mengambil rankaian test lebih lanjut seperti test hormon dan juga MRI. Tapi waktu itu aku masih bingung. Dan memutuskan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut di Batam. 

Dokter waktu itu meresepkan obat tensi Olmetec - Olmesartan Medoxomil 20 Mg untuk 2 minggu. Dia menyarankan untuk menghentikan obat tensi seminggu sebelum melakukan tindakan test selanjutnya. 

Pengobatan di Batam - Diagnosa : Faktor Keturunan

Di Batam, aku selalu memeriksa tekanan darahku dan hasilnya tetap tinggi walau aku sudah meminum obat tensi. Maka di tanggal 17 Februari 2018 tepat di hari ulang tahunku ke 30 karena hari itu hari Sabtu dan aku tidak bekerja, aku memutuskan untuk ke RS. Elisabeth Batam di Lubuk Baja untuk berobat ke dokter penyakit dalam.  

Saat itu aku berkonsultasi dengan dr. Ferdinand. Aku menceritakan semua dari awal dan diagnosa dokter di KPJ. Oleh dr. Ferdinand aku diagonsa darah tinggi karena faktor keturunan dan juga kolesterol. Untuk kaliumnya yang rendah, 3.1 masih dianggap tidak masalah. Aku diberi resep obat tensi Tensira 300 Mg dan Simvastatin 20 Mg untuk satu minggu. 

Tekanan darahku tetap tinggi, tidak ada perubahan. Sehingga aku memutuskan untuk berkonsultasi dengan cardiologist di RS. Awal Bros tanggal 24 Maret 2018. Saat itu cardiologist yang aku temui dr. Afdhalun Anwar. Inilah pertama kalinya aku ke spesialis jantung, aku diminta untuk melakukan ECG. Waktu itu aku kaget karena saat pemeriksaan dengan dokternya, aku diminta membuka bra oleh susternya. Dan hal ini memang terjadi setiap kali ke cardiologist walau berbeda dokternya. 

Diagnosa dr. Afdhalun juga sama hipertensinya disebabkan oleh faktor keturunan. Aku diberikan obat darah tinggi yang baru, Coveram 10/10 harganya cukup mahal. Setelah pemakian obat ini, tekanan darah aku dapat turun sedikit tapi untuk beberapa saat. Obat ini juga punya efek samping batuk-batuk. Jadi aku sering banget batuk setelah pemakian sebulan. Jadi kadang aku stop obatnya untuk beberapa waktu sampai batuknya hilang. Batuknya ini sangat mengganggu.

Karena banyak kesibukan aku belum pergi kontrol lagi ke dokter. Tapi aku sering merasa kelelahan, dada terasa tertekan, sesak dan tekanan darah juga masih tinggi selalu diatas 140/100. Akhirnya aku cek  lagi, tanggal 16 Februari 2019 aku ke RS. Awal Bros lagi, kali ini aku ke cardiologist dr. Stanley. 

Prosedurnya tetap sama, aku diminta kembali ECG karena hasil terakhir itu satu tahun yang lalu. Dr. Stanley juga mendiagnosa hal yang sama, bahwa tekanan hipertensi yang aku alami adalah karena faktor keturunan. Aku diberi resep obat tensi yang baru dan aku minta obat tensinya yang generik agar tidak terlalu mahal. Aku diberi amlodipine 10 mg dan lisinopril 10 mg. 

Aku juga menceritakan riwayat darah tinggiku dari awal sampai diagnosa yang diberikan oleh dokter di KPJ. Saat itu dr. Stanley meminta aku untuk melakukan beberapa test lab, seperti darah rutin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, gula darah, Na, K, Cl dan urin rutin. Waktu itu aku gak langsung cek, karena aku mau cek di RS. Elisabeth Batam Kota. 

Dan akhirnya baru sempet cek tanggal 06 Mei 2019. Dan hasilnya semua normal kecuali Kalium, lebih rendah lagi dari pemeriksaan di tahun lalu yaitu 2.4. Lalu aku kembali lagi konsultasi ke dr. Stanley. Dan aku dikasih tau itu masih gak apa-apa dan hipertensi aku itu faktor keturunan. Hanya diminta untuk terusin obat tensinya karena hipertensi.

Sampai akhirnya tanggal 29 Agustus 2019, aku masuk UGD karena hypokalemia attack. Waktu itu sore hari, aku di tempat gym. Tiba-tiba rasanya sesak dan badan mulai terasa keram dari kepala sampai perut. Aku langsung pulang nyetir mobil, dan dijalan tangan aku mulai kaku keras sekali, semu jari-jari aku menyatu dan sakit, perut aku juga terasa sangat tegang dan sakit. Rasanya waktu itu sangat kesakitan dan aku paksain banget nyetir supaya tetap konsentrasi.  Sampai rumah aku langsung rem dan klakson karena aku ngerasa kesulitan untuk matiin mobil dan jalan. Waktu itu perut aku sakit banget seperti bagian dalam perut itu dipelintir.

Dan akhirnya aku ke UGD RS. Awal Bros ditemani keponakan dengan menggunkan grab. Disana aku langsung diambil darahnya untuk cek elektrolit. Tekanan darah aku waktu itu tinggi. Saat hasilnya keluar aku diminta untuk dirawat karena kalium aku rendah yaitu 2.5. Ternyata hasil 2.4 sebelumnya itu juga udah berbahaya. Jadi aku diminta untuk koreksi kalium. Disini aku bisa pakai BPJS, karena salah satu fasilitasnya, BPJS bisa digunakan di rumah sakit mana saja untuk kondisi darurat, jadi jika dari UGD dan dilihat kondisinya mengancam nyawa, BPJS akan menanggung tanpa surat rujukan sebelumnya.



Rasanya tidak enak membuat orang-orang terdekat kuatir. Pada malam itu mushi YX dan ibu Zhenzhen juga ce Siska langsung datang dan mendoakan. Teman-teman gereja juga banyak memberi dukungan dan mengingatkan untuk meningkatkan asupan kalium. Terima kasih untuk perhatiannya.



Disana aku dirawat oleh dr. Arif spesialis penyakit dalam. Aku dirawat selama 4 hari 3 malam. Tanggal 1 September 2019 aku udah boleh pulang. Perawatannya aku dikasih infus kalium, dan juga dikasih KSR 600 mg yaitu suplemen potasium 2 kali sehari. Lumayan pegel juga karena hanya berbaring. Kata dokternya penyebab hipokalemia aku ini genetik jadi tidak diketahui penyebabnya apa. Aku hanya disarankan untuk banyak makan pisang. Saat pulang aku tetap diresepkan KSR dan obat tensi amlodipine 10 mg. 

to be continued





 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tumor di Kelenjar Adrenal Part 3

Dirinya bukan Dirimu